Friday 15 January 2016

Wednesday 13 January 2016

Kapolres dan Danrem Perang Urat Saraf,Ternate Mencekam,

Kota Ternate di Maluku Utara, mencekam Senin (11/1) menyusul tewasnya dua orang warga kelurahan Toboko yang diduga ditembak oknum Polisi dan ditabrak dengan mobil Dalmas saat mengamankan konflik antar warga Minggu (10/1) kemarin.
Eksekutor penembak Warga, masih menjadi teka-teki. Pasalnya, Kapolres Ternate AKBP Kamal Bachtiar menyebutkan anggotanya saat melakukan pengamanan tidak menggunakan peluru tajam dan hanya menggunakan peluru karet. Kapolres juga menyatakan peluru tersebut diduga dari pihak lain.
Padahal, peluru yang digunakan menembak Korban merupakan peluru yang biasa digunakan aparat. Ini, setelah sejumlah patron peluru ditemukan di TKP. Lalu siapa penembak warga?
Pernyataan Kapolres Ternate diduga kuat mengarah pada anggota TNI, karena dua aparat tersebut berada di TKP. Namun hal itu langsung dibantah oleh Komandan Reserse Militer 152 Babullah Ternate Kolonel Inf.Syafrial.
Danrem saat menggelar Konfrensi Pers di Ternate, Senin, menyatakan, yang berhadapan dengan masa pada saat kejadian itu bukan dari pihak TNI Namun itu dari aparat kepolisian dari jajaran polres Ternate sehingga yang menembak masyarakat itu bukan TNI namun anggota Polres Ternate sendiri yang diduga melakukan eksekusi terhadap warga Toboko.Kata Syafrian, membantah.
“Pernyataan Kapolres ternate itu sebenarnya ngaur…Ngaur! Jika, kapolres menduga bahwa peluru tersebut diduga milik pihak lain itu sama halnya kapolres menuduh jajaran TNI yang memiliki senjata” Kata Danrem.
Lebih lanjut, Danrem mengatakan, di wilayah Maluku Utara ini hanya pihak TNI dan Polri saja yang memiliki senjata sehingga hal tersebut jangan kita duga menduga. Karna peluru itu setelah diteliti milik polisi.Kata Danrem, menunjukan dua patron peluru. (Deliknews)
Baca selengkapnya

Tuesday 12 January 2016

Penerimaan SIPSS 2016

Kami memberikan informasi seputar penerimaan Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana tahun 2016, untuk memenuhi kebutuhan personil dalam melaksanakan tugas­tugasnya di karena
tenaga profesional yang berkurang karena sejumlah anggota pensiun maka tahun
2016 menerima Alumni Universitas Sarjana dan Diploma 4 untuk menjadi
Anggota kepolisian.

Tahun 2016 Pembukaan akan di adakan di lebih dahulu dibanding pembukaan
brigadir,tamtama dan akpol. Pembukaan Tanggal 15 Januari sampai 1 Februari 2016 Segera Persiapkan Syaratsyarat
kamu

Februari tiap polda akan sudah mulai melakukan SOSIALISASI, Adapun Syarat untuk bisa
mendaftar adalah :

1. Persyaratan umum :

  • warga Negara Indonesia (pria dan wanita);
  • Usia S1 Profesi 29 (dua Puluh sembilan Tahun)
  • Usia S1 dan D4 26 (Dua Puluh Enam Tahun) ;
  • beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
  • setia kepada Negara Kesatuan RI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;
  • sehat jasmani dan rohani (surat keterangan sehat dari institusi kesehatan);
  • tidak pernah dipidana karena melakukan suatu kejahatan (SKCK);
  • berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela;
  • bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
  • bersedia ditugaskan pada semua bidang tugas Kepolisian


2. Persyaratan lain :

  • WNI
  • Surat kesehatan dari institusi kesehatan
  • SKCK dri Polres setempat
  • Bersedia ditempatkan dimana saja
  • Umur : S1 profesi : 29 tahun, S1/D­IV : 26 tahun.
  • Tinggi badan : Pria : 160 cm, Wanita : 155 cm
  • IPK Minimal 2,70
  • lulusan Universitan swasta dan Negeri terakreditasi minimal B
  • belum pernah menikah dan sanggup tidak menikah selama dalam pendidikan
  • pembentukan;
  • mampu mengoperasionalkan komputer;
  • bersedia menjalani Ikatan Dinas Pertama (IDP) selama 10 tahun terhitung mulai saat
  • diangkat menjadi Perwira Polri;
  • tidak terikat perjanjian ikatan dinas dengan instansi lain;
  • mendapat persetujuan dari instansi yang bersangkutan bagi yang sudah bekerja dan
  • pernyataan berhenti dengan hormat bila lulus seleksi dan terpilih masuk pendidikan
  • pembentukan Polri;
  • Harus mengikuti dan lulus seleksi baik tingkat Panda dan Panpus dengan
  • menggunakan sistem gugur dalam tahapan yang meliputi :


Panitia Tingkat Daerah

  1. Pemeriksaan administrasi awal;
  2. Pemeriksaan kesehatan tahap I;
  3. Pemeriksaan psikologi;
  4. Pemeriksaan kesehatan tahap II;
  5. Pemeriksaan administrasi akhir;
  6. Sidang penetapan kelulusan tingkat panda.


Panitia Tingkat Pusat

  1. Pemeriksaan administrasi
  2. Pemeriksaan kesehatan termasuk kesehatan Jiwa
  3. Tes Jasmani
  4. Pemeriksaan Psikologi wawancara
  5. Tes Akademik ,TPA dan Toefl
  6. Sidang penetapan kelulusan tingkat pusat


OUT PUT : Pangkat IPDA (Inspektur Polisi Dua)
Gaji Minimal : Rp. 3.681.800 belum termasuk remunerasi
Lama Pendidikan : 6 Bulan
Buka Pendidikan : 7 Maret 2016
Tempat Pendidikan : SETUKPA LEMDIKPOL SUKABUMI

Disiplin ilmu / Kesarjanaan :
(Informasi Lulusan S1 dan D4 menyusul)
Persyaratan lebih lengkap dapat dilihat di Polres / Polda terdekat.

Baca selengkapnya

"Australia cemas" Indonesia Ekspor Kapal Perang Ke filipina

PT PAL Indonesia (Persero) bakal mengekspor kapal perang perdana made in Surabaya pada Juni mendatang. Ekspor kapal perang ini untuk memenuhi pesanan 2 kapal jenis Strategic Sealift Vessel (SSV) ke Filipina.

"Ini pertama dalam sejarah Indonesia ekspor kapal perang. Dari tender internasional terbuka yang kita ikuti, sebanyak 2 kapal SSV," kata Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT PAL, Eko Prasetyanto, kepada detikFinance, Selasa (12/1/2016).

Dibuat dalam kurun waktu 24 bulan, 2 kapal perang ini akan diluncurkan pada 18 Januari mendatang. Sementara, pengiriman kapal ke Filipina akan dilakukan pada Juni 2016, setelah proses penyelesaian akhir di galangan Surabaya rampung.

Eko mengungkapkan, kapal multipurposed SSV hampir sama dengan dengan jenis kapal perang lain produksi PT PAL yang saat ini dioperasikan TNI-AL.

“Hampir sama bentuknya dengan KRI Banda Aceh dan KRI Banjarmasin, di mana SSV ini bisa mengangkut puluhan tank dan helikopter, saya lupa pastinya. Nilai masing-masing setiap kapal adalah US$ 45 juta,” ujarnya.

Dia menjelaskan, kapal perang ini sendiri memiliki panjang 123 meter, lebar 21,5 meter, dan bobot 10.300 ton dengan berat yang bisa diangkut atau Gross Register Tonnage (GRT) sebesar 7.400 ton.

“Kapal perang ini memiliki kecepatan 16 knot dengan endurance (ketahanan berlayar tanpa mengisi BBM) selama 3 hari. Total personel yang bisa diangkut dihitung dari jumlah kamar personel ada 621. Kelengkapan senjata SSV pesanan Filipina ini dilengkapi dengan meriam kaliber 76. Soal senjata itu tergantung pemesan,” pungkas Eko. (Detik)
Baca selengkapnya

Thursday 7 January 2016

Pasukan Manapun Akan Berpikir Ulang Untuk Menghadapi Pasukan ini

Unit SAT 81 Gultor adalah nama satuan dari Kopassus yang sekarang menangani masalah Keamanan dan Ancaman keamanan Negara, lebih difokuskan terhadap masalah Penanggulangan Anti-Terorisme. Masalah-masalah yang timbul terkadang membutuhkan gerak cepat, taktik jitu, dan ketepatan pembacaan situasi, dan penyelesaian atau penumpasan teroris dalam waktu singkat, serta pembebasan sandera, yang kesemuanya merupakan spesialisasi mutlak yang dimiliki Unit SAT 81 Gultor. Seperti pembebasan sandera lintas negara yang pernah dan berhasil dilakukan oleh satuan khusus ini. Saat pembajakan pesawat didalam pesawat Garuda Airline 206 (Operasi Woyla), yang terjadi pada 13 maret 1981 di Bandara Don Muang, Bangkok. Operasi lainnya yaitu pembebasan 26 sandera yang ditawan GPK Kelly Kwalik di Irian Jaya pada 15 mei 1996.

Untuk  Menjadi personel satuan penanggulangan teror Satuan-81 Kopassus tidaklah mudah. Tes yang harus dijalani sangat sulit karena setiap anggota Sat-81 harus memiliki kemampuan luar biasa.

Sat-81 yang berisi orang-orang pilihan merupakan satuan elite dari Pasukan Khusus TNI AD. Berdasarkan buku 'Kopassus untuk Indonesia' yang ditulis oleh Iwan Santosa dan E.A Natanegara, sedikitnya ada 4 tes yang harus dilalui dalam seleksi masuk sebagai anggota Sat-81 Kopassus.

"Proses rekrutmen prajurit penanggulangan teror (Gultor) dimulai sejak seorang prajurit selesai mengikuti pendidikan Para dan Komando di Batujajar," tulis Iwan dan Natanegara dalam bukunya, seperti dikutip pada Minggu (29/3/2015).

Setelah lulus dari pendidikan tersebut, mereka lalu ditempatkan di satuan tempur Grup 1 dan Grup 2 untuk mendapat orientasi atau mendapatkan pengalaman operasi. Dari situ, prajurit yang ingin bergabung dengan satuan elite Gultor harus melewati beberapa tahapan dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Pertama adalah tes IQ yang harus di atas rata-rata 110.

"Kedua tes kesehatan (stakes II), ketiga tes jasmani (kategori BS), dan tes akhir (Pantukhir)," terang buku 'Kopassus untuk Indonesia'.

Stakes II merupakan standar penilaian pada tes kesehatan dengan kondisi yang meski memiliki kelainan atau penyakit derajat ringan, penyakit tersebut tidak mengganggu fungsi tubuh. Sementara kategori BS dalam tes Jasmani berarti orang tersebut memiliki Jasmani Baik Sekali. Untuk tes Pantukhir sendiri biasanya prajurit akan diterjunkan di lapangan untuk diketahui tingkat kemampuannya.

Saat ini Satuan-81 Kopassus dipimpin oleh Kolonel Inf Thevi Zebua dengan wakil Letkol Inf Murbianto. Markas Sat-81 berada di kompleks Mako Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur. Grup satuan elit ini memiliki personel paling sedikit dari grup-grup lain di Kopassus.

"Karena Sat-81 terdiri dari prajurit-prajurit pilihan yang diseleksi dari setiap grup Kopassus lainnya," kata Thevi kepada detikcom, Sabtu (28/3/2015).

Prajurit Gultor itu harus memiliki spesialisasi kemampuan tinggi. Di antaranya adalah tembak runduk (bakduk) dan freefall atau terjun bebas. Mereka juga memiliki regu dengan spesifikasi kemampuan khusus, yaitu Tim Pasukan Katak (Paska) dan K9 (gugus jihandak).

"Tim Paska adalah Tim Pasukan Katak yang ada di Batalyon bantuan di Sat-81 Kopassus. Prajurit-prajurit di Gultor yang memiliki kemampuan operasi di atas dan di bawah permukaan air. K9 itu Satuan Cakra yang dalam melaksanakan tugasnya menggunakan satwa anjing," jelas Thevi
Baca selengkapnya

Akhirnya Indonesia Bikin Pesawat Tempur Canggih Terwujud

Kementerian Pertahanan dan Korea Aerospace Industries (KAI) melaksanakan penandatanganan kontrak Cost Share Agreement (CSA), yang menandai dimulainya pelaksanaan tahap kedua atau Engineering and Manufacturing Development (EMD).
Penandatanganan dilakukan oleh Dirjen Potensi Pertahanan Timbul Siahaan dan President and CEO KAI Ltd Ha Sung Yong yang disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di kantor Kemhan, Jakarta, Kamis (7/1/2016).
Kontrak itu sendiri mengatur soal pendanaan yang wajib dikeluarkan oleh KAI yang sebelumnya sudah diatur dalam kesepakatan projek 6 Oktober 2014 di Surabaya.
Dalam kesempatan yang sama, juga ditandatangani kontrak Work Assignment Agreement (WAA) antara Dirut PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso dengan Ha Sung Yong, tentang partisipasi industri pertahanan Indonesia terkait rancang bangun, pembuatan komponen, prototipe, pengujian sertifikasi hingga aspek bisnis dan legalitas.
Kerjasama ini bersifat berkelanjutan antara kedua negara yang bertujuan menciptakan kemandirian industri pertahanan dalam negeri.
Ha Sung Yong sendiri dalam keterangannya menegaskan komitmen pihaknya untuk menyukseskan program tersebut. Terlebih, proyek ini menelan anggaran paling besar dibanding proyek mereka sebelumnya. "Proyek ini memakan anggaran terbesar dari (proyek) yang pernah dilakukan selama ini," tegasnya.
Baca selengkapnya

Wednesday 6 January 2016

Dokter Cantik Yang Hilang Kemungkinan Gabung Dengan ISIS

Hingga kini, Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta masih menyelidiki laporan hilangnya dokter Rica Tri Handayani (28) yang membawa serta anaknya Zafran Alif Wicaksono setelah berpamitan kepada suaminya Rabu pekan lalu (30/12).

"Kami langsung melakukan penyelidikan setelah mendapatkan laporan dari suaminya yang bernama Aditya Akbar Wicaksono," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Yogyakarta Kombespol Hudit Wahyudi di Yogyakarta, Senin.

Menurut Hudit, sesuai penuturan suaminya, dokter muda alumnus Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, angkatan 2006 itu berpamitan kepada suaminya dan kedua orang tua, kakak, serta adiknya.

Menurut dia, sebelumnya Rica yang berasal dari Lampung, tiba di Yogyakarta pada 12 Desember 2015 untuk mengunjungi suaminya yang sedang menempuh spesialisasi dokter bedah di Universitas Gadjah Mada.

Selanjutnya, pada 29 Desember 2015, Rica dan suaminya pergi ke rumah saudaranya di Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, dan menginap di sana.

Keesokan harinya, pada 30 Desember 2015, ketika suaminya sedang menjalani pendidikan spesialisasi di RS Sardjito, Rica dan anaknya, Zafran Alif Wicaksono yang masih balita, meninggalkan rumah.

"Sesuai penuturan saudaranya ia dijemput seseorang yang masih terhitung kerabatnya. Penjemput itu juga menggunakan pakaian khusus," kata dia.

Hudit melanjutkan, sebelum pergi Rica mengaku kepada orang tuanya bahwa dia akan pergi berjuang di jalan Allah, sedangkan kepada suaminya, Rica meninggalkan sepucuk surat.

Dalam suratnya, ia berkeluh kesah bahwa saat ini banyak terjadi bencana yang antara lain disebabkan banyaknya umat Islam yang telah jauh dari aqidah.

"Lantas dia berpamitan dan merasa bertanggung jawab dengan mengabdi di jalan Allah," kata Hudit mengutip isi surat Rica kepada suaminya.

Hudit belum dapat menyimpulkan bahwa kepergian Rica terkait dengan organisasi tertentu.

"Kepada orang tuanya dikatakan dia tidak akan bergabung dengan organisasi sejenis ISIS. Ia juga mengatakan tidak akan pergi selamanya," kata dia.

Untuk memperdalam penelusuran kasus, Hudit menyatakan Ditreskrimum Polda DIY telah membentuk dua tim untuk melakukan pencarian.

"Kami masih menyelidiki dari berbagai sumber," kata dia. (Teropong)
Baca selengkapnya